Muda | Islami | Inspiratif | Ideal | Aktif
English French German Spain Italian Russian Portuguese Japanese Korean Arabic
by : BTF

BUDAYA DAN SASTRA

Posted by MiNDa magazine online Selasa, 21 Desember 2010, under | 0 komentar
BUDAYA & SATRA:

Gurindam Dua Belas

Adalah satu bentuk puisi Melayu lama yang terdiri dari dua bait, tiap bait terdiri dari 2 baris kalimat dengan irama akhir yang sama, yang merupakan satu kesatuan yang utuh. Baris pertama berisikan semacam soal, masalah atau perjanjian dan baris kedua berisikan jawaban nya atau akibat dari masalah atau perjanjian pada baris pertama tadi.
Gurindam termasuk sastra lama. Gurindam ditulis dalam bentuk bait-bait. Setiap bait berisi dua baris. Baris-baris itu mempunyai persamaan bunyi (sering dirumuskan a-a). Dua baris dalam satu bait gurindam umumnya dipahami sebagai satu kalimat yang sempurna. Kalimat itu terdiri atas dua anak klausa (sering disebut induk dan anak kalimat).
Isi gurindam berupa nasihat. Kalimat dalam gurindam (baris pertama dan kedua) umumnya menunjukkan hubungan persyaratan dan konsekuensi.Berdasarkan bentuk/isi gurindam ciri-cirinya sebagai berikut.
a. Tiap-tiap suku (bait) terdiri atas dua baris.
b. Banyaknya suku kata pada tiap-tiap baris tidak tetap, (biasanya 10-12 suku kata).
c. Sajaknya a-a. Gurindam yang baik bersajak penuh, tetapi ada juga yang bersajak paruh.
d. Baris kedua adalah akibat atau balasan yang tersebut dalam baris pertama.
e. Gurindam berisi nasihat.
Contoh :
Barang siapa tidak sembahyang
Ibarat rumah tidak bertiang.
Dengan bapa jangan durhaka
Supaya ayah tidak murka
Cahari olehmu akan sahabat
Yang boleh dijadikan obat
Cahari olehmu akan abdi
Yang ada baik sedikit budi
Pada zaman dahulu kala
Tersebutlah sebuah cerita
Sebuah negeri yang aman sentosa
Dipimpin sang raja nan bijaksana
Negeri bernama Pasir Luhur
Tanahnya luas lagi subur
Rakyat teratur hidupnya makmur
Rukun raharja tiada terukur
Raja bernama Darmalaksana
Tampan rupawan elok parasnya
Adil dan jujur penuh wibawa
Gagah perkasa tiada tandingnya
Semoga Berguna!

Gurindam 12 Merupakan karya Raja Ali Haji yang masih abadi hingga kini. Gurindam 12 (dua belas) berisi nasehat, agama baik itu untuk diri pribadi maupun untuk pemimpin yang baik.


Raja Ali Haji bin Raja Haji Ahmad (Pulau Penyengat, Kepulauan Riau, ca. 1808- Riau, ca. 1873) adalah ulama, sejarawan, pujangga, dan terutama pencatat pertama dasar-dasar tata bahasa Melayu lewat buku Pedoman Bahasa; buku yang menjadi standar bahasa Melayu. Bahasa Melayu standar itulah yang dalam Kongres Pemuda Indonesia 28 Oktober 1928 ditetapkan sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia.
Ia merupakan keturunan kedua (cucu) dari Raja Haji Fisabilillah, Yang Dipertuan IV dari Kesultanan Lingga-Riau dan juga merupakan bangsawan Bugis. Kompleks makam beliau di pulau Penyengat, Tanjung Pinang. Karya monumentalnya, Gurindam Dua Belas (1847), menjadi pembaru arus sastra pada zamannya. Bukunya berjudul Kitab Pengetahuan Bahasa, yaitu Kamus Loghat Melayu-Johor-Pahang-Riau-Lingga penggal yang pertama merupakan kamus ekabahasa pertama di Nusantara.
Ia juga menulis Syair Siti Shianah, Syair Suluh Pegawai, Syair Hukum Nikah, dan Syair Sultan Abdul Muluk.Raja Ali Haji juga patut diangkat jasanya dalam penulisan sejarah Melayu. Buku berjudul Tuhfat al-Nafis ("Bingkisan Berharga" tentang sejarah Melayu), walaupun dari segi penulisan sejarah sangat lemah karena tidak mencantumkan sumber dan tahunnya, dapat dibilang menggambarkan peristiwa-peristiwa secara lengkap. Meskipun sebagian pihak berpendapat Tuhfat dikarang terlebih dahulu oleh ayahnya yang juga sastrawan, Raja Ahmad. Raji Ali Haji hanya meneruskan apa yang telah dimulai ayahnya. Dalam bidang ketatanegaraan dan hukum, Raja Ali Haji pun menulis Mukaddimah fi Intizam (hukum dan politik). Ia juga aktif sebagai penasihat kerajaan.Ia ditetapkan oleh pemerintah Republik Indonesia sebagai pahlawan nasional pada 5 November tahun 2004.
Berikut Gurindam Dua Belas:

1. Ini Gurindam Fasal yang Pertama

Barang tiada memegang agama
Sekali-kali tiada boleh dibilangkan nama
Barangsiapa mengenal yang empat
Maka ia itulah orang yang ma’rifat
Barangsiapa mengenal Allah
Suruh dan tegahnya tiada menyalah
Barangsiapa mengenal diri
Maka telah mengenal akan Tuhan yang bahri
Barangsiapa mengenal dunia
Tahulah ia barang yang terperdaya
Barangsiapa mengenal akhirat
Tahulah ia dunia mudharat


Fasal 2.
Barang siapa mengenal yang tersebut.
Tahulah ia makna takut.
Barang siapa meninggalkan sembahyang.
Seperti rumah tiada bertiang.
Barang siapa meninggalkan puasa.
Tidaklah mendapat dua termasa.
Barang siapa meninggalkan zakat.
Tiadalah hartanya beroleh berkat.
Barang siapa meninggalkan haji.
Tiadalah ia menyempurnakan janji.


FASAL 3.
Apabila terpelihara mata.
Sedikitlah cita-cita.
Apabila terpelihara kuping.
Khabar yang jahat tiadalah damping.
Apabila terpelihara lidah.
Niscaya dapat daripadanya faedah
Bersungguh-sungguh engkau memeliharakan tangan.
Daripada segala berat dan ringan.
Apabila perut terlalu penuh.
Keluarlah fi’il yang tidak senonoh.
Anggota tengah hendaklah ingat.
Di situlah banyak orang yang hilang semangat.
Hendaklah peliharakan kaki.
Daripada berjalan yang membawa rugi.

Hendaklah pelihara kaki.*1Daripada berjalan membawa rugi. Oleh: Raja Ali Haji. *) bait ini terdapat dalam penerbitan Pemko Tanjung Pinang, Sedangkan dalam Risalah karya Mustari bait ini tidak terdapat (Mengisi Roh ke Dalam Jasad, Irwan Djamaluddin. 2007).



FASAL 4.

Hati itu kerajaan di dalam tubuh.
Jikalau zalim segala anggota tubuh pun rubuh.
Apabila dengki sudah bertanah.
Datanglah daripadanya beberapa anak panah.
Mengumpat dam memuji hendaklah pikir.
Di situlah banyak orang yang tergelincir.
Pekerjaan marah jangan dibela.
Nanti hilang akal di kepala.
Jika sedikitpun berbuat bohong.
Boleh diumpamakan mulutnya itu pekung.
Tanda orang yang amat celaka.
Aib dirinya tiada ia sangka.
Bakhil jangan diberi singgah.
Itulah perompak yang amat gagah.
Barang siapa yang sudah besar.
Janganlah kelakuannya membuat kasar.
Barang siapa perkataan kotor.
Mulutnya itu umpama ketor.
Di manakah salah diri.
Jika tidak orang lain yang berperi.
Pekerjaan takbur jangan direpih.
Sebelum mati didapat juga sepi


FASAL 5.
Jika hendak mengenal orang berbangsa.
Lihat kepada budi dan bahasa.
Jika hendak mengenal orang yang berbahagia.
Sangat memeliharakan yang sia-sia.
Jika hendak mengenal orang mulia.
Lihatlah kepada kelakuan dia.
Jika hendak mengenal orang yang berilmu.
Bertanya dan belajar tiadalah jemu.
Jika hendak mengenal orang yang berakal.
Di dalam dunia mengambil bekal.
Jika hendak mengenal orang yang baik perangai.
Lihat pada ketika bercampur dengan orang ramai.


FASAL 6.
Cahari olehmu akan sahabat
Yang boleh dijadikan obat
Cahari olehmu akan guru
Yang boleh tahukan tiap seteru
Cahari olehmu akan isteri
Yang boleh menyerahkan diri
Cahari olehmu akan kawan
Pilih segala orang yang setiawan
Cahari olehmu akan abdi
Yang ada baik sedikit budi


FASAL 7.
Apabila banyak berkata-kata
Di situlah jalan masuk dusta
Apabila banyak berlebih-lebihan suka
Itu tanda hampirkan duka
Apabila kita kurang siasat
Itulah tanda pekerjaan hendak sesat
Apabila anak tidak dilatih
Jika besar bapanya letih
Apabila banyak mencacat orang
Itulah tanda dirinya kurang
Apabila orang yang banyak tidur
Sia-sia sajalah umur
Apabila mendengar akan kabar
Menerimanya itu hendaklah sabar
Apabila mendengar akan aduan
Membicarakannya itu hendaklah cemburuan
Apabila perkataan yang lemah lembut
Lekaslah segala orang mengikut
Apabila perkataan yang amat kasar
Lekaslah orang sekalian gusar
Apabila pekerjaan yang amat benar
Tidak boleh orang berbuat onar

FASAL 8.
Barang siapa khianat akan dirinya
Apalagi kepada lainnya
Kepada dirinya ia aniaya
Orang itu jangan engkau percaya
Lidah suka membenarkan dirinya
Daripada yang lain dapat kesalahannya
Daripada memuji diri hendaklah sabar
Biar daripada orang datangnya kabar
Orang yang suka menampakkan jasa
Setengah daripadanya syirik mengaku kuasa
Kejahatan diri disembunyikan
Kebajikan diri diamkan
Ke’aiban orang jangan dibuka
Ke’aiban diri hendaklah sangka


FASAL 9.
Tahu pekerjaan tak baik tetapi dikerjakan
Bukannya manusia yaitulah syaitan
Kejahatan seorang perempuan tua
Itulah iblis punya penggawa
Kepada segala hamba-hamba raja
Di situlah syaitan tempatnya manja
Kebanyakan orang yang muda-muda
Di situlah syaitan tempat bergoda
Perkumpulan laki-laki dengan perempuan
Di situlah syaitan punya jamuan
Adapun orang tua(h) yang hemat
Syaitan tak suka membuat sahabat
Jika orang muda kuat berguru
Dengan syaitan jadi berseteru


FASAL 10.
Dengan bapa jangan derhaka
Supaya Allah tidak murka
Dengan ibu hendaklah hormat
Supaya badan dapat selamat
Dengan anak janganlah lalai
Supaya boleh naik ke tengah balai
Dengan kawan hendaklah adil
Supaya tangannya jadi kapil


FASAL 11.
Hendaklah berjasa
Kepada yang sebangsa
Hendak jadi kepala
Buang perangai yang cela
Hendaklah memegang amanat
Buanglah khianat
Hendak marah
Dahulukan hujjah
Hendak dimalui
Jangan memalui
Hendak ramai
Murahkan perangai


FASAL 12.
Raja mufakat dengan menteri
Seperti kebun berpagarkan duri
Betul hati kepada raja
Tanda jadi sebarang kerja
Hukum adil atas rakyat
Tanda raja beroleh inayat
Kasihkan orang yang berilmu
Tanda rahmat atas dirimu
Hormat akan orang yang pandai
Tanda mengenal kasa dan cindai
Ingatkan dirinya mati
Itulah asal berbuat bakti
Akhirat itu terlalu nyata
Kepada hati yang tidak buta


Tamatlah gurindam yang dua belas pasal
karangan Raja Ali Haji pada tahun Hijrah Nabi
kita seribu dua ratus enam puluh tiga (1263)
kepada tiga likur hari bulan Rajab Selasa lima Negeri Riau Pulau Penyengat


Source: http://islam-download.net/contoh-contoh/contoh-gurindam-indonesia.html#ixzz17FFjyOLa
http://www.pekanbaruriau.com/2008/07/raja-ali-haji.html

One Response to "BUDAYA DAN SASTRA"