Muda | Islami | Inspiratif | Ideal | Aktif
English French German Spain Italian Russian Portuguese Japanese Korean Arabic
by : BTF

Menjadi Pembaca Efektif

Posted by Dr. Bambang Kariyawan Ys., M. Pd. Selasa, 24 November 2009, under | 0 komentar
Membaca merupakan sebuah aktivitas yang sekilas sederhana, namun sesungguhnya inilah jendela awal kita menuju cakrawala dunia yang begitu luas. Dengan membaca seseorang akan mampu terbang berkeliling dunia, menikmati indahnya alam ciptaan Tuhan dihiasi aneka pengalaman hidup yang tak akan pernah dialami oleh orang-orang yang jauh dari aktivitas sederhana tadi, yakni membaca.

Orang-orang sukses adalah orang-orang yang senatiasa menghidupkan budaya membaca dalam dirinya. Otak dan pikiran mereka senantiasa haus dengan informasi dan ilmu yang dapat mereka peroleh dari aktivitas membaca. Membaca bukan setakat kata sederhana yang hanya kita temui dalam pelajaran bahasa dan sastra di kurikulum pembelajaran formal. Membaca adalah persoalan besar yang akan menjadi tolak ukur kemajuan sebuah negeri. Oleh sebab itu, orang-orang yang telah terlibat dalam sebuah komunitas membaca maupun menulis memiliki tanggung jawab mengkampanyekan persoalan ini. Barangkali permasalahan besar yang kerap muncul di negeri ini juga tak terlepas dari minimnya budaya baca di negeri pertiwi. Minimnya budaya baca juga berbanding lurus dengan persoalan ekonomi bangsa yang tak kunjung kelar.

Kita tak bisa menjamin, orang yang memiliki pendidikan tinggi juga mempunyai tradisi dan budaya membaca yang baik. Mari kita simak dua fenomena berikut, tak jarang kita temui para mahasiswa dan sarjana di negeri kita yang sedikit sekali mengoleksi buku. Rak-rak buku mereka kebanyakan isinya telah berganti dengan aneka koleksi pakaian, barang-barang fashion dan sebagainya. Hari-hari mereka dihabiskan keluyuran di mall dan tempat-tempat hiburan. Lalu ada pula seorang anak kecil di bangku SMP yang begitu gemar membaca, ia berasal dari keluarga kurang mampu. Meski di kampung tempat tinggalnya jarang ada toko buku, anak ini selalu telaten membaca koran yang ada di sekolahnya, meminjam buku-buku apa saja di perpustakaan sekolahnya. Kita bisa memprediksikan apa yang akan terjadi beberapa puluh tahun ke depan pada kedua fenomena tadi, jika masing-masing tetap konsisten dengan gaya hidup masing-masing. Kita tidak akan terkejut bila suatu hari nanti menemui si bocah SMP tadi telah sukses menjadi eksekutif muda yang berhasil. Sementara mereka yang tak mencoba menghidupkan budaya membaca dalam dirinya, akan stagnan kehidupannya. Apa yang ia peroleh tak akan bertambah, malahan akan hilang digilas usia yang makin menua. Oleh sebab itu, membaca merupakan ruang yang ditempati oleh orang-orang luar biasa dan menjadi salah satu modal kesuksesan mereka.

Persoalannya bagaimana jika membaca itu sangat sulit sekali kita hidupkan dalam diri kita? Kita tidak terlahir dari keluarga orang-orang sukses dan pintar, tidak juga dari rahim seorang penulis hebat yang memiliki ribuan koleksi buku. Namun diri kita mulai menyadari betapa pentingnya budaya membaca. Berikut beberapa langkah yang bisa kita lakukan untuk membangun tradisi membaca yang baik dalam diri kita;

Pertama, mengakrabkan diri dengan tempat-tempat buku. Buku banyak kita jumpai di banyak tempat, misalnya; toko buku, perpustakaan, bazar dan pameran sampai teknologi yang cukup canggih hari ini dalam bentuk E-book atau buku elektronik yang dapat kita jumpai di internet. Jika saat ini waktu kita habis untuk mengunjungi pusat-pusat perbelanjaan dan hiburan, cobalah untuk beralih tempat. Kebanyakan dari kita mengunjungi tempat-tempat buku hanya pada saat kita membutuhkan, misalnya ada tugas kuliah ataupun sekolah. Cobalah membiasakan diri berkunjung ke tempat-tempat buku. Kalau perlu buat jadwal yang terencana kapan kita akan mengunjungi tempat tersebut secara kontinyu. Mengunjungi tempat-tempat buku akan membuat kita mengenali jenis-jenis buku, harga buku serta hal-hal unik lainnya seputar buku. Ini adalah langkah awal, bila kita memang tertarik dan berencana untuk menjadikan buku sebagai sahabat hidup kita melalui membaca.

Kedua, kenalilah jenis-jenis buku. Dari sekian banyak jenis buku, tak mungkin satu diantaranya tidak kita butuhkan dan minati. Langkah awal lakukan itu. Belilah buku-buku yang kita minati, atau mungkin kita butuhkan. Faktanya, seringkali kita membeli buku hanya pada buku yang betul-betul kita butuhkan pada saat tertentu. Lain halnya dengan kebiasaan kita menimbun aneka jenis pakaian, padahal masih banyak jenis pakaian lain koleksian kita yang belum pernah kita pakai. Budaya ini harus diganti. Mengoleksi aneka jenis buku jauh lebih berguna dari pada mengoleksi benda-benda fashion yang kurang bermanfaat.

Setelah kita memiliki satu jenis buku kegemaran, cobalah berpikir luas. Belajarlah suatu ilmu pengetahuan yang lain, tradisi, maupun trik-trik hidup lainnya yang baru dan bermanfaat. Dengan anda mempelajari sesuatu hal baru anda akan tertantang untuk terus mempelajarinya melalui membaca buku-buku. Misalnya ketika seseorang sedang memperdalam ilmu agama, maka sudah barang tentu ia akan membutuhkan buku-buku agama, mereka yang sedang sibuk belajar desain garfis juga akan bersikap sama. Pada kondisi ini membaca akan menjadi hal yang menarik bagi individu terkait. Membaca buku menjadi level kebutuhan, karena betapa luasnya hamparan ilmu yang akan kita peroleh melalui membaca buku sekaligus mendukung hal baru yang sedang kita geluti.

Ketiga, belajar meresensi buku. Ini adalah jurus ampuh untuk mengatasi penyakit malas membaca. Langkah awal kita harus mengerti keuntungan dari meresensi sebuah buku. Seorang resensor yang baik tak hanya akan mendulang prestasi kepenulisan yang hebat, namun juga akan memperoleh keuntungan finansial yang lumayan. Penerbit buku, perpustakaan wilayah maupun lembaga pers sering kali mengadakan lomba penulisan resensi buku. Bahkan media-media cetak secara khusus memberikan kolom buku disetiap edisi mereka dengan honor yang cukup lumayan jika ditekuni secara serius. Penerbit bahkan secara gratis memberikan buku-buku cetakan terbaru mereka kepada resensor-resensor yang mereka anggap layak mempromosikan buku-buku mereka.

Mengapa meresensi buku menjadi jurus ampuh menghilangkan penyakit malas membaca?. Meresensi berarti menilai, mengulas, dan menyimak isi sebuah buku secara keseluruhan. Penilaian ini tidak mungkin kita lakukan tanpa sebelumnya kita membaca buku tersebut terlebih dahulu. Meskipun ada sebagian orang yang meresensi buku hanya melihat poin-poin penting saja dari sebuah buku, tapi tentu saja mereka-mereka ini sebelumnya telah banyak membaca tema-tema serupa dengan buku yang akan mereka resensi tadi. Pendek kata, meresensi buku menjadikan kita wajib membaca. Tak hanya buku yang akan kita resensi, namun juga pengetahuan umum terkait tema buku tersebut. Para resensor yang kerap mengirim resensi mereka ke media cetak akan menjadi pemburu buku. Mereka akan sangat antusias dengan buku-buku baru, karena tak hanya keuntungan beroleh ilmu melalui membaca, namun juga sisi ekonomi yang cukup lumayan akan mereka dapatkan.

Keempat, belajarlah menulis. Korelasi menulis dan membaca laksana teko berisi air yang dituang ke dalam gelas. Apa yang akan kita tuang jika kita tak pernah mengisi air ke dalam teko? Sekali lagi yang perlu dipahami adalah betapa nikmatnya profesi menjadi seorang penulis. Meskipun dewasa ini, menulis belum diakui sebagai profesi yang menjanjikan masa depan, namun paling tidak beberapa penulis handal saat ini telah mampu membuktikan karya-karya bestseller mereka, memberikan keuntungan ekonimis yang luar biasa bagi penulis. Menjadi penulis adalah pekerjaan tanpa syarat. Siapapun bisa menulis, kapan pun dan dimana pun kita, seperti apapun wujud fisik kita, bahkan saat kita terbaring sakit dan terkungkung dalam penjara sekalipun. Menjadi penulis berarti suatu langkah pengupayaan untuk membuktikan bahwa diri kita bermanfaat bagi orang lain. Tak hanya itu, menjadi penulis juga salah satu usaha kita untuk menjadi abadi dalam sejarah. Waktu akan terus berputar dan berjalan, apakah kita mampu menggoreskan suatu hal yang bermanfaat bagi peradaban kita, menulis adalah salah satu caranya.

Orang yang akan menulis mutlak perlu membaca, menulis apapun itu. Orang yang menulis tapi malas membaca akan menghasilkan karya-karya yang kering dan stagnan. Karyanya tak akan berkembang, karena dia tidak berupaya untuk membandingkan karya tulisannya dengan karya-karya orang yang lebih baik. Sehingga dapat dikatakan, menjadi penulis akan melatih dan mendidik kita menjadi pembaca yang baik, sebab penulis yang baik hakikatnya adalah seorang pembaca yang baik. Ini sebuah korelasi yang tak terpisahkan.

Apa yang akan anda rasakan setelah menjadi pembaca yang baik?. Dunia ini akan menjadi milik kita. Orang yang paling bodoh adalah orang yang tak pernah membaca. Membaca membuat kita menjadi orang yang lebih dulu tahu akan sesuatu hal. Seorang wartawan sebagai pencari berita adalah seorang pembaca yang baik. Tak hanya membaca suatu teks tertulis, namun juga situasi dan kondisi. Mulailah mengakrabkan diri dengan ilmu. Tak hanya dari buku, koran, internet, majalah dan sebagainya juga dapat menjadi sumber ilmu, jika kita mampu membaca dengan baik dan dapat mengambil sisi yang bermanfaat.***


Sugiarti adalah seorang pembaca buku dan peminat sastra, bergiat di Forum Lingkar Pena Riau. Tinggal di Pekanbaru. (diterbitkan di Riau Pos 22/11)

One Response to "Menjadi Pembaca Efektif"