Gudang Mutiara
SANG MERPATI DI SARANG PENCURI
Seekor burung merpati pos tampak gelisah dalam sebuah sangkar emas dan indah. Tubuhnya yang elok, halus terlihat lemas. Dalam beberapa hari ini, ia memang tidak mau makan.
Sang merpati yang notabenenya sebagai burung juara telah menjuarai beberapa kali turnamen. Mulai dari kecepatan terbang hingga ketepatan target tujuan hinggap, yakin benar kalau tuan barunya yang beberapa hari ini yang memberinya makan, bukanlah tuan yang sebenarnya. Ia yakin bahwa dirinya telah dicuri.
Karena itulah, senikmat dan semahal apa pun sangkar serta makanan yang ditawarkan, ia tetap tidak mau makan. Sang merpati pintar ini yakin, menikmati makanan dari orang yang telah mengecewakan tuannya yang asli, berarti telah mengkhianati sang tuan yang telah menyayanginya dengan penuh cinta.
Namun, si pencuri tidak pernah marah dengan penolakan itu. Ia ambil lagi makanan yang belum disentuh itu, untuk kemudian diganti dengan makanan baru, yang lebih fresh, dan lebih meggoda selera. Sang pencuri pun tidak lupa membersihkan kandang merpati dengan penuh hati-hati.
Begitulah hari-hari yang dilalui sang pencuri kepada merpati curiannya. Sesekali, dengan penuh kelembutan, jari tangan sang pencuru membelai-belai bulu kepala merpati. Sungguh perlakuan yang melebihi apa yang diterima si merpati dari tuan yang aslinya.
Ketika lapar yang tidak bisa lagi ditahan, sang merpati akhirnya mencicipi makanan sajian tuan barunya. “Aih, lezatnya makanan ini. Baru kali ini aku merasakan senikmat ini,” ucap sang merpati sambil terus memakan sajian yang di sangkarnya.
Keesokan harinya, sang merpati kembali menikmati sajian tuan barunya. Kali ini ia tidak lagi ragu untuk menikmatinya. Perasaan buruknya tentang siapa tuan barunya mulai sirna. Tubuhnya pun mulai segar dan bugar. Sayapnya yang pernah rusak, kini kembali normal seperti sebelumnya.
***
Kado Cinta Hikmah Renungan:
Jika sahabat berada pada saat merenungan dan muhasabah diri yang dalam dari kisah sang merpati di sarang sang pencuri tersebut. Maka, sahabat mungkin bisa merasakan betul bahwa banyaknya ‘pencuri’ yang berkedok pekerjaan, jabatan, ada yang berkedok demi jaminan masa depan, ada yang demi istri dan anak-anak bagi yang sudah menikah, demi keluarga, ada yang berlabel demi hal yang lebih sejahtera dll.
Kadang tampilan kelembutan dan kebaikan yang begitu memesona lambat laun mengurangi kejernihan timbangan nurani, batin dan kejujuran. Bisa jadi, suatu saat seseorang tidak bisa lagi membedakan mana yang sebenaranya sebuah kebenaran (tuan asli) dan mana kebatilan (tuan baru sang pencuri). Mana yang memperbaiki dan mana yang merusak diri. Sahabat, bahkan mana Tuan Maha Besar (Khalik) yang telah memberinya kehidupan, dan mana tuan-tuan kecil yang justru mencuri nilai-nilai kehidupan.
Kadang kita melihat seorang pemuda ketika masa mudanya sangat rajin, taat dan patuh pada norma. Namun setelah ia bekerja dan mendapatkan penghasilan sendiri ia menjadi lupa akan kewajiban dan norma-norma kebenaran, dan ia berasalan ini demi karirnya. Mungkin kita juga pernah melihat seseorang yang amat jernih dan jujur dalam hidupnya, tetapi setelah ia menikah dan memiliki anak, maka ia pun bisa berubah, bahkan ada yang menghalalkan segala cara, alasannya demi anak dan istri. Dan, begitu seterusnya, sudah cukup rumit membedakan mana tuan yang sebenarnya dan mana tuan yang mencuri nilai keteguhan dan idealisme seseorang.
Tafakur Time:
Gurindam Dunia Akhirat(4)
Apabila jiwa tergila-gila dunia
Di situlah nafsu menjadi raja
Apabila diri terpensona harta
Di situlah masuknya tipu daya
Apabila hati terpikat wanita
Di situlah sebab batin jadi buta
Apabila dikaruniai mutiara mulia
Tiadalah ia peduli dunia di tangan siapa
Apabila cinta tarpaut pada Sang Pencipta
Di situlah jalan menuju surga
Oleh: Ibnu Amsar Al-Bonai
Pekanbaru, 05 November 2010
Pukul, 04: 25 Dini Hari
One Response to "GuDaNg MuTiArA"